Haifa, SPNA - Penduduk Utara Israel dikejutkan dengan adanya guncangan pada Rabu pagi (04/07/2018) ketika gempa berkekuatan 4,1 skala Richter mengguncang wilayah Haifa dan Galilea sebelum pukul 5:00 pagi waktu setempat.
Institut Geofisika Israel mengatakan, gempa berkekuatan 4,1 skala Richter terjadi pada pukul 04:50 wkatu setempat, yang berjarak 14 kilometer (8,6 mil) dari kota Tiberius di pantai Laut Galilea, pada kedalaman dua kilometer.
Tidak ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan lainnya, tetapi penduduk setempat mengeluh karena terkejut atas kejadian ini. Gempa susulan yang lebih kecil dirasakan pada pukul 06:50, kata Institut Geofisika.
Soli Bar-Hen, salah seorang penduduk Tiberius, mengatakan kepada Radio Angkatan Darat bahwa dia terbangun akibat seluruh blok apartemennya berguncang.
"Awalnya saya berpikir bahwa roket jatuh di sini, sehingga ada kekacauan di Utara," kata Bar-Hen, mengacu pada meningkatnya ketegangan di front utara Israel. "Ketika saya bangun, saya melihat seluruh rumah berguncang, jadi saya pun berlari keluar."
Bar-Hen menambahkan bahwa dia tinggal, seperti kebanykan orang di lingkungannya, di blok apartemen bertingkat tinggi dan banyak yang mengkhawatirkan integritas struktural bangunan seperti itu.
Pada Rabu pagi, Israel’s Home Front Command diterbitkan untuk menyampaikan instruksi mengenai apa saja yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi, termasuk merekomendasikan untuk tetap tenang dan menyediakan akses ke luar jika memungkinkan.
Israel terletak di sepanjang garis patahan Suriah-Afrika, yang membentang di sepanjang perbatasan Israel-Yordania, bagian dari Lembah Great Rift yang membentang dari Libanon timur ke Mozambik. Gempa besar secara statistik menyerang Israel setiap 80-100 tahun.
Pada tahun 1927, gempa bumi besar yang berkekuatan 6,2 skala Richter melanda Israel dan menewaskan sekitar 500 orang.
Sebuah laporan tahun 2016 oleh Komite Knesset Luar Negeri dan Komite Pertahanan Knesset menemukan bahwa jika Israel diserang gempa berkekuatan 7,5 skala Richter, diperkirakan 7.000 orang akan terbunuh, 8.600 lainnya terluka dan 377.000 orang kehilangan tempat tinggal. Selain itu, negara tersebut bisa menghadapi kerusakan hingga NIS 200 miliar ($ 55 miliar).
Menurut National Emergency Authority, terdapat 80.000 bangunan, termasuk sekolah dan rumah sakit, yang tingginya lebih dari tiga tingkat dan dibangun sebelum tahun 1980, sehingga tidak dapat terbaca sesuai dengan standar konstruksi saat ini.
(T.RA/S: JPost)